Selasa, 26 Desember 2017

PENEDERITANA DARI PENDERITAAN



Walaupun kehidupan kita tidak banyak dilanda masalah, rasa keadilan bisa membuat orang tak bersalah menderita. Tetapi, pertanyaan tentang penderitaan menjadi sangat penting jika kita mengalami sendiri berbagai kesulitan atau jika orang yang kita kasihi itu menghadapi kesusahan atau menderita.
Ada yang percaya bahwa Allah mngizinkan  penderitaan untuk menguji kita agar kita rendah dan berbelaskasiahan. Yang merasa bahwa penderitaan disebabkan oleh dosa-dosa yang dilakukan pada kehidupan sebelumnya. Ada juga yang bilang kalau Allah tidak peduli dengan penderitaan manusia, sehingga sulit bagi kita mengasihi Dia. Allah itu kejam.
Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Allah tak bisa dipersalahkan atas penderitaan kita. “apabila orang dicobai, jangan ia berkata: percobaan ini datang dari Allah! Sebat Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun,” (Yakobus 1:13). Sebenarnya, pendapat bahwa Allah tidak patut di persalahkan sesuai sifat-sifat Allah sebagai mana digambarkan dalam Alkitab.
Salah satu sifat utama Allah adalah kasih. (1 Yohanes 4:8). Untuk menekankan hal ini, Alkitab menggambarkan bahwa Allahmempunyai perasaan yang seperti ibu yang menyusui. “Dapatkah seorang istri melupakan anaknya yang masih menyusui sehingga ia tidak mengasihi putra dari kandungnya?” Kata Allah, “Sekalipun wanita-wanita ini dapat lupa, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yesaya 49:15). Bisakah kita bayangkan ibu yang pengasih dengan sengaja menyakiti anaknya? Sebaliknya, orang tua yang peduli akan berupaya meringankan akan penderitaan anaknya. Demikian pula, Allah tidak menyebabkan orang yang tak bersalah menderita, (Kejadian 18:25).
Namun faktanya, orang tak bersalah tetap mendeertia. Kita mungkin bertanya-tanya, “jika memang Allah peduli dan penuh kuasa mengapa Ia tidak menghilangkan berbagai penyebab penderitaan?”
Allah membiarkan penderitaan terjadi sekarang karena alasan yang baik. Pertimbangkan salah satunya: seringkali, manusialah yang menyebabkan penderitaan bagi sesamanya. Banyak orang suka menindas dan menyakiti sesamanya, dan tidak mau berubah kelakuan mereka. Jadi, untuk menghilangkan penyebab utama. Penderitaan, Allah harus membinasakan orang-orang seperti itu.
Mengenai alsan menagapa Allah belum binasakan orang-orang yang berbuat salah, Rasul Petrus menulis, “Yehuwa tidak lambat melakukan hal yang sehubungan dengan janji-janji-Nya, seperti anggapan beberapa orang, tetapi Ia sabar kepada kita karena Ia tidak ingin seorangpun dibinasakan tetapi Ia ingin agar kita bertobat.”  (2 Petrus 3:99). Kesabaran Allah Yehuwa menunjukan kepribadian-Nya yang Pengasih dan Berbelaskasihan.
Namun, Allah Yehuwa akan segera beertindak. Ia akan “membinasakan kesensaraan kepada mereka yang menimbulkan kesengsaraaan” bagi orang tak bersalah. Mereka dengan sewenang-wenang menyebabkan penderitaan “akan mengalami hukuman pengadilan berupa kebinasaan abadi.” (2 Tesalonika 1:6-9).
Salah satu bagian dari tujuan hidup ini juga mengamati kehidupan di Dunia ini dengan perspektif yang benar, sebab salah satu tujuan hidup kita  adalah takut kepada Allah dan menaati-Nya. Berbeda dengan mereka yang berfokus pada kehidupan ini saja. Raja Daud mencari penghiburannya dimasa mendatang. Ia berkata: “tetapi aku, dalam kebenaran akan ku pandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-rupa-Mu.” (Mazmur 17:15).
“Karena hidup tanpa alasan adalah hidup tanpa akibat. Jika kita tidak menemukan alasan kenapa kita hidup maka tidak akan pernah mencapai keberhasilan sebagai alasan dari hidup kita.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar