Walaupun kehidupan kita tidak banyak dilanda masalah,
rasa keadilan bisa membuat orang tak bersalah menderita. Tetapi, pertanyaan
tentang penderitaan menjadi sangat penting jika kita mengalami sendiri berbagai
kesulitan atau jika orang yang kita kasihi itu menghadapi kesusahan atau
menderita.
Ada yang percaya bahwa Allah mngizinkan penderitaan untuk menguji kita agar kita
rendah dan berbelaskasiahan. Yang merasa bahwa penderitaan disebabkan oleh
dosa-dosa yang dilakukan pada kehidupan sebelumnya. Ada juga yang bilang kalau
Allah tidak peduli dengan penderitaan manusia, sehingga sulit bagi kita
mengasihi Dia. Allah itu kejam.
Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Allah tak bisa
dipersalahkan atas penderitaan kita. “apabila orang dicobai, jangan ia berkata:
percobaan ini datang dari Allah! Sebat Allah tidak dapat dicobai oleh yang
jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun,” (Yakobus 1:13). Sebenarnya,
pendapat bahwa Allah tidak patut di persalahkan sesuai sifat-sifat Allah sebagai
mana digambarkan dalam Alkitab.
Salah satu sifat utama Allah adalah kasih. (1 Yohanes
4:8). Untuk menekankan hal ini, Alkitab menggambarkan bahwa Allahmempunyai
perasaan yang seperti ibu yang menyusui. “Dapatkah seorang istri melupakan
anaknya yang masih menyusui sehingga ia tidak mengasihi putra dari kandungnya?”
Kata Allah, “Sekalipun wanita-wanita ini dapat lupa, Aku tidak akan melupakan
engkau.” (Yesaya 49:15). Bisakah kita bayangkan ibu yang pengasih dengan
sengaja menyakiti anaknya? Sebaliknya, orang tua yang peduli akan berupaya
meringankan akan penderitaan anaknya. Demikian pula, Allah tidak menyebabkan
orang yang tak bersalah menderita, (Kejadian 18:25).
Namun faktanya, orang tak bersalah tetap mendeertia.
Kita mungkin bertanya-tanya, “jika memang Allah peduli dan penuh kuasa mengapa
Ia tidak menghilangkan berbagai penyebab penderitaan?”
Allah membiarkan penderitaan terjadi sekarang karena
alasan yang baik. Pertimbangkan salah satunya: seringkali, manusialah yang
menyebabkan penderitaan bagi sesamanya. Banyak orang suka menindas dan
menyakiti sesamanya, dan tidak mau berubah kelakuan mereka. Jadi, untuk
menghilangkan penyebab utama. Penderitaan, Allah harus membinasakan orang-orang
seperti itu.
Mengenai alsan menagapa Allah belum binasakan orang-orang
yang berbuat salah, Rasul Petrus menulis, “Yehuwa tidak lambat melakukan hal
yang sehubungan dengan janji-janji-Nya, seperti anggapan beberapa orang, tetapi
Ia sabar kepada kita karena Ia tidak ingin seorangpun dibinasakan tetapi Ia
ingin agar kita bertobat.” (2 Petrus
3:99). Kesabaran Allah Yehuwa menunjukan kepribadian-Nya yang Pengasih dan
Berbelaskasihan.
Namun, Allah Yehuwa akan segera beertindak. Ia akan
“membinasakan kesensaraan kepada mereka yang menimbulkan kesengsaraaan” bagi
orang tak bersalah. Mereka dengan sewenang-wenang menyebabkan penderitaan “akan
mengalami hukuman pengadilan berupa kebinasaan abadi.” (2 Tesalonika 1:6-9).
Salah satu bagian dari tujuan hidup ini juga mengamati
kehidupan di Dunia ini dengan perspektif yang benar, sebab salah satu tujuan
hidup kita adalah takut kepada Allah dan
menaati-Nya. Berbeda dengan mereka yang berfokus pada kehidupan ini saja. Raja
Daud mencari penghiburannya dimasa mendatang. Ia berkata: “tetapi aku, dalam
kebenaran akan ku pandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas
dengan rupa-rupa-Mu.” (Mazmur 17:15).
“Karena
hidup tanpa alasan adalah hidup tanpa akibat. Jika kita tidak menemukan alasan
kenapa kita hidup maka tidak akan pernah mencapai keberhasilan sebagai alasan
dari hidup kita.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar