Rabu, 13 Desember 2017

KAPAN PENDIDIKAN PAPUA AKAN MAJU?



Pendidikan adalah dimana tempat membentuk dan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SBM) yang perspektif dan berkualitas demi majunya suatu negara, meningkat pembangunan daerah, mengurangi problema ekonomi, dan aspek-aspek lainnya.
Provinsi Papua adalah satu-satunya provinsi yang terkenal dengan kemiskinan dan ketinggalan pembangunan di Negara Indonesia, bahkan di kawasan Asia Tenggara. Makanya tidak salah, jika kita bilang kalau Papua adalah provinsi yang dibelakangi oleh negara Indonesia, hanya saja hamper seluruh kawasan Asia Tenggara memanfaatkan dan menikmati hasil sumberdaya alam dari Papua.
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah negara Indonesia agar sumber daya manusia Papua semakin disayangkan tetapi pemimpin-pemimpin Papua tidak mengerti sesedikitpun. Bahkan pemimpin-pemimpin Papua relah mengorbankan generasi Papua yang hempir menjamin majunya pembangunan hanya untuk kepuasaan dan kepentingan merekja sendiri.
Kenapa saya bilang begitu, karena begitu banyak sekolah-sekolah baik SD, SMP, maupun SMA yang ketinggalan, sebab ada yang kekurangan tenaga pengajar, kurangnya sistem penagajaran, tingginya biaya sekolah yang tidak sepadang dengan pendapatan masyarakat, dan kurangnya perlengakapan sekolah seperti lab komputer, lab Bahasa, lab kimia, lab biologi, dan lab-lab lainnya, serta perpustakaan, asrama sekolah, dan yang lainnya.
Jika memang negeri Papua ingin maju, ada beberapa sistem yang pemerintah bias gunakan:
1.      Anak-anak didorong untuk mengunggah karya mereka di dunia maya sejak SD kelas 6 atau Para murid mulai didorong untuk menggunakan teknologi sejak usia 7 tahun, menggambar dengan program grafik sederhana, lantas mendiktekan keterangannya kepada para guru. Semuanya itu untuk menciptakan generasi anak-anak yang mampu mengekspresikan diri mereka sendiri, dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka.
2.     Sejak usia muda, para murid didorong untuk mengikuti kegiatan  ekstrakurikuler yang menitikberatkan kepada kemampuan akademik daripada fisik. Hal itu membutuhkan kreativitas yang luar biasa dan akan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah serta memebentuk mereka menjadi anak kompetitif.
3.     Saat seorang guru mengajar di kelas yang lebih besar, maka rekan-rekan guru yang lain bisa menghabiskan waktu mereka dengan berkolaborasi, membuat perencanaan pengajaran, dan melakukan tutoring satu per satu sebanyak mungkin.   Orang Jepang percaya bahwa kebiasaan belajar yang baik di usia muda akan membangun pola yang akan terus diterapkan oleh anak-anak saat beranjak dewasa. Di usia 6 atau 7 tahun, para murid diajarkan kemapuan mengikuti ujian yang spesifik, seperti cara menggunakan proses eliminasi untuk menemukan jawaban yang benar untuk soal  pilihan ganda. “Pendekatan itu mungkin tampak intens, tetapi atmosfer yang tercipta akan membantu membangun daya juang dan tanggung jawab.
4.     Di sekolah dasar, kelas dipimpin oleh guru kelas sedangkan di SMP, setiap mata ajaran ada gurunya masing-masing. Tidak ada biaya sekolah, buku-buku yang diberikan juga tidak dikenaan biaya sepeserpun. Akan tetapi, biaya untuk makan siang, kunjungan lapangan, dan tamasya, dan alat tulis manjadi tanggungan orang tua.
5.      Seorang murid tidak dapat loncat kelas. Mereka harus melewati mulai dari kelas 1 ke kelas 2, 2 ke 3, 3 ke 4 dan seterusnya. Murid juga tidak harus mengulang tingkat yang sama. Akan tetapi jika murid kehilangan waktu belajar akibat sakit atau sebab-sebab lain, mereka bisa tinggal di tingkat yang sama. Untuk melanjutkan ke SMA setelah menyelesaikan pendidikan wajib, murid harus lulus ujian saringan masuk. Ketika seorang murid mendaftar di sekolah dasar atau SMP, mereka akan ditempatkan di tingkat yang sesuai dengan umurnya. Ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan karena tahun ajaran sekolah terkadang berbeda.
6.     Semua anak naik kelas. Namun setiap anak dimasukkan dalam kelompok-kelompok kecil di dalam kelas sesuai dengan kemampuannya. Sehingga setiap anak merasa percaya diri dengan kemampuannya. Hasil evaluasi belajar (raport) tidak diberikan dalam angka, tetapi dalam bentuk uraian. Setiap sekolah mempunyai program pemberian penghargaan untuk murid-murid yang berprestasi. Ada standard yang berlaku nasional dan cara-cara evaluasi tertentu yang dipakai untuk menilai prestasi murid.
7.     Sekolah favorit harus  tiadakan. Walaupun sebagian migran menganggap sekolah-sekolah tertentu itu lebih bagus daripada yang lainnya. Ada yang mendasarkan penilaiannya pada decile sekolah. Setiap sekolah memiliki decile yang diberikan oleh pemerintah dan dinilai setiap lima tahun atau bisa lebih cepat bila diminta oleh sekolah yang bersangkutan. Decile rating berkisar dari 1 sampai 10 dan rating ini menunjukkan tingkat sosial ekonomi murid-murid yang belajar di sekolah tersebut dan bukan mutu sekolah. Decile rating 1 menunjukkan bahwa rata-rata murid yang sekolah di sekolah tersebut datang dari tingkat sosial ekonomi rendah. Sedangkan decile rating 10 berarti rata-rata murid yang sekolah di sekolah tersebut datang dari tingkat sosial ekonomi tinggi. Penilaian ini berdasarkan alamat rumah semua siswa di sekolah tersebut dan data sensus. Apakah dengan demikian ada perbedaan dalam fasilitas sekolah atau kualitas guru? Tidak sama sekali. Baik sekolah-sekolah yang memiliki decile rating rendah maupun yang tinggi memiliki fasilitas, kualitas guru dan mutu pengajaran yang sama. 
Jika memang ingin memajukan pembangunan di Papua dan jika perlu mengurangi pengangguran di Papua jangan tergantung dan terpikat pada belas kasihan orang lakukanlah apa yang menurut anda baik. Hai pemimpin Papua lihatlah tanah anda habis diambil orang, keluargamu habis begitu saja, segala hak anda diatur oleh orang, dan semua milik anda habis didepan matamu.
“Waktu kita berbeda, dan pikiran kitapun berbeda jadi gunakanlah bagianmu sebaik mungkin, sebab akupun hanya mengikuti apa yang anda ciptakan.”

By: YULIANUS DEGEI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar