Natal selalu mengingatkan kita pada lagu Jinggle
Bells, phon Natal, dan makanan enak, serta kehangatan berkumpul bersama
keluarga. Tapi sayang, tidak semua orang punya kesempatan untuk merasakan
nyamannya kembali kerumah pada hari besar umat kristiani ini.
1. Natal
memang waktu terbaik untuk berkumpul bersama keluarga. Tapi kali ini rindu
rindu harus ditahan dulu, ada kewajiban yang masih menunggumu.
Dulu ketika belum status sebagai anak rantau, mungkin
libur Natal akan begitu terasa menyenangkan karena pada momen itulah seluruh
anggota keluarga akan berkumpul dan saling melepas rindu. Tapi seiring dengan
berjalannya waktu dan kamu memutuskan untuk berjuang demi masa depan, maka
untuk sementara ritual bertemu dengan orang-orang terkasih hanya akan berakhir
pada suara diujung telepon. Ya perjuangan memang terkadang membutuhkan
pengorbanan. Suka atau tidak suka kamupun terpaksa merelahkan waktu emasmu
bersama mereka.
2. Rindu
bisa ditangguhkan. Namun ingatan akan masakan spesial Natal yang ibumu di rumah
siapkan sering menggoda iman.
Seperti momen Idul Fitri yang bertebaran makanan enak,
waktu Natal juga tidak bisa dipisahkan dari bergam hidangan yang begitu
menggoda hasratmu, seperti keladi, babi barapen, kuskus barapen yang selalu menggoda
hasratmu untuk menyantapnya.
Namun sayang, jaunya jarak dan mahalnya harga tiket
(karena momen akhir tahun) membuatmu harus menahan dulu keinginan untuk menyantap
masakan spesial dari ayah dan ibu dikampung.
3. Saat
ibadah digereja dan melihat banyak keluarga datang bersama, kamupun ingat
bagaimana kamu bisa ibadah natal bersama keluarga.
Sementara sekarang kamu harus puas ibadah bersama
pacar, teman, atau bahkan harus ibadah sendirian.
4. Momen
Natal di rumah pasti dipenuhi dengan canda tawa dan kumpul bersama keluarga.
Momen Natal jadi momen kumpul bersama bagi anggota
keluarga yang biasanya terpisah diberbagai kota. Dimalam Natal, sepulang ibadah
dari gereja kalian bisa berku,pul disalah satu rumah saudara. Makan-makan,
bercanda tawa, masak kopi, dan lainnya sampai pagi datang harus ke gereja lagi.
Karena tidak pulang, kamu harus mendengarkan keceriaan
itu lewat telepon saja. Tapi Tuhan selalu membersamai langkah anak rantau. Dia
kirikan pelipur lara agar kamu kamu tak lagi sedih.
5. Ayah
dan Ibumu memang tidak sempurna. Tapi dari mereka kamu belajar tentang kasih
tulus yang sesungguhnya.
Mungkin ayah dan ibumu tak punya lelucon sekonyol
sahabat karib, mungkin juga lucunya perilaku keponakan atau sepupumu sebanding
dengan absurdnya kelakuan teman-teman kosmu, namun satu yang tidak akan
tergantikan ketulusan keluargamu akan tetap kamu rindukan.
“Detik
berlalu, dan haripun selalu berganti...fajar, senantiasa menyinsing dari ufuk
timur. Dimana jejak-jejak langkah menghiasi kehidupan...tangis serta tawa,
bergulung bersama....ada yang disebut, ada pula yang kian terlupakan....satu
lahir, maka yang lainpun pergi meninggalkan dunia fanah ini....cerita dan
kesan, telah terukir abadi dalm memori tiap insan....langkah kaki terus
melangkah.....menyongsong indah dan terangnya matahari.....Berharap akan dapat
bertemu, dengan wujud harapan....Semoga asa dan cita, segera mewujud dalam
nyata......Selamat Tahun Baru 2018.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar