Sabtu, 09 Desember 2017

NATAL JAUH DARI SANAK KELUARGA



Natal selalu mengingatkan kita pada lagu Jinggle Bells, phon Natal, dan makanan enak, serta kehangatan berkumpul bersama keluarga. Tapi sayang, tidak semua orang punya kesempatan untuk merasakan nyamannya kembali kerumah pada hari besar umat kristiani ini.
1.      Natal memang waktu terbaik untuk berkumpul bersama keluarga. Tapi kali ini rindu rindu harus ditahan dulu, ada kewajiban yang masih menunggumu.
Dulu ketika belum status sebagai anak rantau, mungkin libur Natal akan begitu terasa menyenangkan karena pada momen itulah seluruh anggota keluarga akan berkumpul dan saling melepas rindu. Tapi seiring dengan berjalannya waktu dan kamu memutuskan untuk berjuang demi masa depan, maka untuk sementara ritual bertemu dengan orang-orang terkasih hanya akan berakhir pada suara diujung telepon. Ya perjuangan memang terkadang membutuhkan pengorbanan. Suka atau tidak suka kamupun terpaksa merelahkan waktu emasmu bersama mereka.
2.      Rindu bisa ditangguhkan. Namun ingatan akan masakan spesial Natal yang ibumu di rumah siapkan sering menggoda iman.
Seperti momen Idul Fitri yang bertebaran makanan enak, waktu Natal juga tidak bisa dipisahkan dari bergam hidangan yang begitu menggoda hasratmu, seperti keladi, babi barapen, kuskus barapen yang selalu menggoda hasratmu untuk menyantapnya.
Namun sayang, jaunya jarak dan mahalnya harga tiket (karena momen akhir tahun) membuatmu harus menahan dulu keinginan untuk menyantap masakan spesial dari ayah dan ibu dikampung.
3.      Saat ibadah digereja dan melihat banyak keluarga datang bersama, kamupun ingat bagaimana kamu bisa ibadah natal bersama keluarga.
Sementara sekarang kamu harus puas ibadah bersama pacar, teman, atau bahkan harus ibadah sendirian.
4.      Momen Natal di rumah pasti dipenuhi dengan canda tawa dan kumpul bersama keluarga.
Momen Natal jadi momen kumpul bersama bagi anggota keluarga yang biasanya terpisah diberbagai kota. Dimalam Natal, sepulang ibadah dari gereja kalian bisa berku,pul disalah satu rumah saudara. Makan-makan, bercanda tawa, masak kopi, dan lainnya sampai pagi datang harus ke gereja lagi.
Karena tidak pulang, kamu harus mendengarkan keceriaan itu lewat telepon saja. Tapi Tuhan selalu membersamai langkah anak rantau. Dia kirikan pelipur lara agar kamu kamu tak lagi sedih.
5.      Ayah dan Ibumu memang tidak sempurna. Tapi dari mereka kamu belajar tentang kasih tulus yang sesungguhnya.
Mungkin ayah dan ibumu tak punya lelucon sekonyol sahabat karib, mungkin juga lucunya perilaku keponakan atau sepupumu sebanding dengan absurdnya kelakuan teman-teman kosmu, namun satu yang tidak akan tergantikan ketulusan keluargamu akan tetap kamu rindukan. 

“Detik berlalu, dan haripun selalu berganti...fajar, senantiasa menyinsing dari ufuk timur. Dimana jejak-jejak langkah menghiasi kehidupan...tangis serta tawa, bergulung bersama....ada yang disebut, ada pula yang kian terlupakan....satu lahir, maka yang lainpun pergi meninggalkan dunia fanah ini....cerita dan kesan, telah terukir abadi dalm memori tiap insan....langkah kaki terus melangkah.....menyongsong indah dan terangnya matahari.....Berharap akan dapat bertemu, dengan wujud harapan....Semoga asa dan cita, segera mewujud dalam nyata......Selamat Tahun Baru 2018.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar