Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi
batu penjuru, (Mark 12:10).
Seorang teman saya
harus mengalami hidup secara tidak legal di negara lain dan berusaha paya untuk
membantu mencari nafkah bagi orang tua dan adik-adiknya. Ia tidak dibiayai
seperti teman-temannya. Malah iya harus relah jauh dari keluarga diusia yang
masih muda demi membatu keluarganya yang kesusahan. Jiwanya menjadi
terombang-ambing dan bahkan bertanya-tanya kepada Tuhan mengapa ia harus
menjalani semua itu dan mengapa penderitaannya seolah tanpa akhir. Baginya,
Tuhan lebih sering terlihat tidak nyata. Beberapa tahun lalu, ia menjadi lebih
dewasa dalam menyikapi kehidupan ia mulai aktif dalam kegiatan rohani dan
sering mengikuti retret. Kekosongan hatinya diisi oleh kasih Tuhan secara
perlahan dan luka hatinya disembuhkan.
Perubahan itu
disertai pula dengan kenyataan ia mampu menghidupi dirinya sendiri dan
sekaligus membantu keluarganya. Kini keluarganya tidak lagi kesusahan seperti
waktu dulu. Mereka dapat kembali berkumpul sebagai satu keluarga setelah sekian
lama.
Apa yang dijalani
oleh teman saya terlihat seperti Yesus yang ditinggalkan oleh kawan
sekampung-Nya tetapi menjadi pertolongan orang lain. Yesus menjadi fondasi bagi
bangunan keluarga-Nya. Mari kita bersyukur atas fondasi yang telah dibangun
oleh Kristus dan melanjudkan dalam keluarga kita, pekerjaan kita, dan sikap
kita sehari-hari, sehingga kita serta dalam karya keselamatan Kristus di dunia
ini.
Apakah saya sudah
malanjutkan fondasi yang telah dibangun oleh Kristus?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar