Sabtu, 26 Mei 2018

HIJAUHNYA KAMPUNGKU


HIJAUHNYA KAMPUNGKU
Tempat yang menjadi awal untuk kehadiran di Dunia ini, tumbuh dan berkembangnya seorang manusia di muka bumi. Manjadi awal dimana kaki harus menapak, merangkak dan menjalani kehidupan serta memberikan rasa aman yang sulit dirangkai oleh kata-kata sekalipun ialah kampong halaman. Bukanlah sebuah tempat yang penuh dengan hingar bingar dan gemerlapan dimalam hari.
Dari ujung selatan hingga utara kabupaten Dogiyai terhampar indahnya pegunungan dengan awan putih yang mamtulkan cahaya mentari yang selalu siap memanah setiap mata yang memandangnya. Tak hanya itu saat menempuh perjalanan dari utara ke kampung yang letaknya diujung kabupaaten, kita bagai terselimuti oleh udara segar yang mengalun indah dari jajaran pohon-pohon yang menjulaang tinggi disepanjang pegunungan dan disambut dengan keunikan perkebunan disekitar kaki gunung.
Hijauhnya kampungku jangan ditanyakan lagi keindahannya, karena kampungku berada diatas gunung yang sama sekalai belum disentuh oleh globalisasi dan teknologi. Jajaran pepohonan dan berbagai tanaman hijauh lainnya akan menyambut kita sesaat setelah melewati jalan berkelok-kelok dari kali Mapiha.
Melihat pegunungan yang terhampar akan memanah mata karena keindahan bagi siapapun yang melihatnya, tak hanya keindahan pegunungan, kampung halamanku  bagaikan sepotong keindahan dari surga yang dititip oleh sang Pencipta. Saat ini seluruh mata dunia tidak tahu akan keindahan wajah kampung Atou yang berbentuk tubuh manusia dan dipagari oleh empat gunung  yaitu gunung Moyago, gunung Kepou, Gunung Hagawage, dan Gunung Diki Pugu, namun ketika globalisasi menyentuh kampung itu akan menjadi perhatian dari mata dunia.
Seluruh penduduk dikampung itu bermata pencarian sebagai petani yang selalu hidup rukun, aman, damai, dan selalu tidak lepas dari kata gotong royong. Untuk kampung halaman tidak hanya menjadi tempat untuk melepaskan kepenatan dari hiruk pikuk keramaian kota semata, bagiku kampung halamanpun menjadi salah satu tempat yang menjadi tanggung jawabku, untukku, dan kulestarikan adat, budaya dan keindahannya. Masyarakat yang begitu jauh dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi itu memberikan aku banyak pelajaran sebagai bekal kehidupan.
Pelajaran kehidupan berharga yang mungkin akan kujadikan pedoman saat aku menjadi menjadi seorang pemimpin dan memiliki keluarga kecil kelak, pemikiran pedesaan yang mampu membuat kesuksesan untuk keturunannya, terlihat keras dalam memaknai kehidupan namun dapat menjadikan cambuk yang berharga dalam kehidupan. Keramah tamahan kesopanan yang dimiliki oleh setiap warga di kampung Atou sangat indah yang tercipta tanpa kepalsuan. Semua merangkul semua memikul, semua mersakan itulah slogan yang mungkin dapat aku gambarkan dari karamahan kampungku.
Kesadaran akan kehijauan dan keasrian di kampung Atou sudah lama tercipta bahkan sebelum pemerintah masuk. Hal itu terbukti dengan salah satu contoh pada apa yang diajarkan oleh orang tua-orang tua yang telah meninggal terdahulu kepada keturunan mereka. Orang tua selalu melarang anak-anak mereka untuk tidak menebang pohon sembarangan kecuali membutuhkannya, tetapi orang tua memberikan syarat bagi setiap keturunannya yang menebang satu pohon ia harus menanam dua pohon baru sebagai gantinya.
Kesadaran yang dibangun harus disertai dengan kekonsistenan sesorang terhadap apa yang telah menjadi komitmennya. Jika tidak sekarang kita menjaga keindahan lingkungan ataupun kampung kita, kapan lagi? Tidak harus menunggu kerusakan baru kita dapat memperbaikinya. Lebih menjaga kawan dari pada harus memperbaikinya. Hal kecil akan menjadi dampak yang besar jika kita mau bersama sadar dan saling mengingatkan untuk terus menjaga keindahan alam.
Haiii…kawan saat berkunjung diberbagaai daerah jangan hanya mengunjungi berbagai tempat rekreasi saja. Explore juga alam sekitarnya, banyak hal kecil yang dapat kita pelajari. Semakin dekat kita dengan alam semakin tinggi pula rasa syukur kita terhadap Pencipta alam yang menjadi tempat kita bernaung. 

by: Atoupugi *YD*